Wednesday, October 07, 2015

Diver (kembali) Berduka!

(Peta spot menyelam di kawasan Taman Nasional Laut Komodo. Source;http://seaundersea.com/indonesia/komodo) 
Kembali, dunia petualangan bawah air berduka. Diver asal negeri tirai bambu dikabarkan hilang saat menyelam di perairan Gili Lawa, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur pada Minggu (4/10/2015) pagi.

Selasa, 6 Oktober pagi saya dikejutkan dengan berita adanya penyelam yang hilang di Taman Nasional Laut Komodo, NTT. Info itu saya dapatkan dari grup whatsapp komunitas penyelam.

Disebutkan, hingga hari kedua hilangnya turis asal Tiongkok itu, Tim SAR Kabupaten Manggarai Barat, terus melakukan pencarian seorang wisatawan yang gemar menyelam, diketahui bernama Chuang Binhto.

Chuang Binhto (30 tahun) dikabarkan hilang saat menyelam di spot Gili Lawa Laut, yang memang terkenal dengan arus yang kuat. Disebutkan, arus di kawasan itu tidak saja horizontal namun juga vertical, biasa disebut down current.

Sebelumnya, Binhto menyelam bersama 7 rekannya, ditemani seorang pemandu (baca: dive master) pada Minggu 4 Oktober, sekitar pukul 08.00 WITA. Diduga Binhto hilang, setelah terseret arus bawah yang menyebabkan ia terpisah dari rombongan. Begitu mengetahui Binhto hilang, rekan satu tim segera melakukan pencarian. Namun sayang, upaya mereka sia-sia.

Mereka kemudian meminta bantuan Tim SAR cabang Labuan Bajo. Tak berapa lama, Tim SAR bergerak. Mereka adalah gabungan dari TNI, Polri, penyelam dari Dive Club Labuan Bajo bersama pihak Syabandar. Usai melakukan breafing, pencarian di fokuskan pada lokasi kejadian dan pulau-pulau sekitar.

Dalam melakukan pencarian, tim SAR juga dibantu nelayan untuk menyisir sejumlah pesisir di pulau-pulau di sekitar Taman Nasional Laut Komodo. Dalam pencarian, Tim SAR menurunkan 2 kapal SAR dibantu 1 kapal Syahbandar. 

Di media, Kepala SAR cabang Labuan Bajo, Supriyanto mengatakan korban diduga terbawa arus dasar laut. Menurutnya, arus dasar laut di perairan itu cukup kencang.

“Korban diketahui menyelam bersama tujuh rekannya, sampai saat ini kami terus melakukan pencairan,” ujar Supriyanto, dikutip dari kompas.com.

Sementara itu, Kepala SAR Wilayah Kupang, I Ketut Ardana mengakui pencarian terus dilakukan semenjak warga Tiongkok itu dinyatakan hilang.

"Kita terus berusaha, dari pagi, siang  hingga malam, namun belum juga ditemukan. Kami telah kerahkan semua anggota di Pos Manggarai Barat, dibantu TNI Angkatan Laut" ujar Ardana, seperti dikutip dari Antara.

Sayangnya, hingga dua hari pencarian, belum ada tanda-tanda keberadaan korban. Sulitnya pencarian juga dipicu kencangnya arus air di wilayah tersebut. Kendati demikian, semua lokasi yang dicurigai terus didatangi tim SAR

Sementara itu, berdasarkan penuturan diver senior yang juga merupakan dive operator di kawasan Komodo, Condo Subagyo, musibah itu terjadi di kawasan Selat Gili Lawa Darat, biasa disebut "Golden Passage". Saat kejadian, timnya juga sedang melakukan penyelaman dilokasi serupa dengan jarak yang tidak begitu jauh.

Dari penuturan saksi mata, diketahui korban (baca; Chuang Binhto) sempat naik ke permukaan (surface). Namun sayang, beberapa waktu kemudian korban masuk kembali ke dalam air.

"Saat itu korban telah mengakhiri penyelaman dan meminta tolong. Namun, beberapa menit kemudian ia masuk lagi ke dalam air", ujar Condo yang telah menjadi guide di kawasan itu belasan tahun lamanya.

Pagi itu, arus di kawasan selat memang mengalir cukup kuat ke dua arah, yakni utara dan selatan. Jika terseret arus, kemungkinan korban akan dibawa menuju pulau-pulau di kawasan Komodo, yakni Gili Lawa Laut, dan pulau Komodo.

9 Nyawa Melayang Dalam 3 Tahun
Hilangnya penyelam asal Tiongkok bukanlah yang pertama di kawasan Taman Nasional Laut Komodo. Data Tim SAR Labuah Bajo menunjukkan sedikitnya telah 9 nyawa melayang dalam 3 tahun terakhir di lokasi tersebut. 

Hasil riset kecil-kecilan dari internet menyebutkan, para penyelam yang meregang nyawa kebanyakan akibat tidak mampu melawan arus yang kuat. Dan berikut data yang berhasil saya kumpulkan:

Sebelum hilangnya Chuang Binhto,  kabar duka datang dari Bandung pada 27 April lalu. Asri Sofia Marwah (30), putri pertama anggota DPR, HD Sodik Mujahid, meninggal dunia sekitar pukul 11.00 waktu setempat saat menyelam di Komodo. Saat itu, Asri menyelam ditemani suaminya, Giri yang merupakan seorang penyelam profesional.

Jenazah kemudian dibawa ke Bandung pada Selasa (28/4) dan dimakamkan di pemakaman keluarga di Desa Ciburial, Cimenyan, Kab. Bandung. Asri, yang merupakan penyelam bersertifikat diketahui kelelahan setelah terseret arus bawah. Ia kemudian menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit di Labuan Bajo.

Sebelumnya, pada 1 September 2014, seorang penyelam berpengalaman, Juningsi Jecelin Letik, karyawati PT XL Axiata Tbk, juga tewas usai menyelam di spot Kristal Rock Gili Lawa, Taman Nasional Laut Komodo. Jeningsi yang akrab dipanggil Ningsi, sudah mengantongi waktu menyelam lebih dari 40 log dengan sertifikasi “Advanced Adventurer”. Ini artinya, kemampuannya sangat memadai. Hal itu pun diakui oleh dive master yang menemaninya saat tragedi itu terjadi.

Sayangnya, di hari naas itu, tepatnya di penyelaman ketiga, Ningsi yang baru sekitar 4-5 menit menyelam, sontak naik ke atas dan meminta tolong. Sementara itu, teman-temannya masih di dalam air. Selanjutnya Ningsi tak sadarkan diri. Korban lalu dibantu awak kapal segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Naas, saat dalam perjalanan, korban meninggal dunia.

Dua minggu sebelumnya, pada 20 Agustus 2014, seorang turis asal Spanyol yang gemar menyelam, juga meninggal di tempat yang sama. Ana Maria Gota Gonsales (40 tahun) nama turis itu. 

Saat melakukan diving selama 3o menit di perairan Gili Laba, Pulau Komodo, Ana mengalami sesak napas dan langsung kembali ke kapal. Di atas kapal, Ana mengalami pendarahan dari mulut dan hidungnya, sehingga terpaksa dilarikan ke Puskesmas Labuan Bajo.

Di Puskesmas Labuan Bajo, Ana mendapat pertolongan medis selama kurang lebih 4 jam, yakni sejak pukul 10.55 Wita, hingga 14.10 Wita, sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.

Sementara itu, beberapa bulan sebelumnya, Kamis, 17 April 2014, seorang wisataan asal Thailand, Thapana Thirachar Cenpanaya dikabarkan hilang akibat terseret arus deras saat melakukan penyelaman di perairan Gili Lawa Laut pada pukul 11.00 Wita. Bersama korban ada 4 wisatawan lain, yakni Mathias Baier (Jerman), Ralf banzaf dan Geoerg Kmett serta Alex Brenneisten (Swiss) mereka melakukan penyelaman di sekitar Gili Lawa Laut.

Beberapa tahun sebelumnya, pada Senin 16 Maret 2009, Syiromi Nakauz Mikael (45), wisatawan asal Rusia juga ditemukan tewas tenggelam saat menyelam di lokasi taman laut Gili Banta. Korban tenggelam saat sedang melakukan penyelaman bersama tujuh rekan lainnya di kedalaman 25 meter. Saat itu, tujuh rekannya selamat.

Beberapa menit setelah menyelam, seorang rekannya kembali ke atas kapal dan melaporkan jika Syiromi sesak nafas. Selanjutnya anggota tim melakukan tindakan darurat, namun korban akhirnya meninggal dunia.

Contoh-contoh kecelakaan diatas, bukanlah sebuah realita tanpa makna. Sebuah realitas yang harusnya menjadi pelajaran penting bagi para penyelam, baik pemula maupun penyelam dengan jam terbang yang lebih lama.

Betul, jika ada yang mengatakan, malang tak dapat ditolak. Namun, malang bisa diantisipasi jika kita (baca: penyelam) mengetahui batas kemampuan dan memiliki pengetahuan yang memadai.

Pengetahuan bisa didapatkan dengan membaca kembali buku panduan menyelam yang telah dimiliki ataupun berdiskusi dengan para instruktur di waktu-waktu tertentu, baik lewat pelatihan, seminar, dll.

Pengetahuan juga bisa ditingkatkan lewat dunia maya, baik melalui bacaan di situs-situs yang berhubungan dengan kegiatan menyelam ataupun menonton video di situs berbagi  youtube.

Sementara pengenalan akan kemampuan diri, hanya bisa dilakukan, seiring waktu, lewat pengalaman kegiatan menyelam. Saat di dalam air, kita akan menyadari kemampuan diri yang sesungguhnya. Sehingga ketika mulai merasa tidak nyaman, tidak ada salahnya segera bergerak ke permukaan.

Down Current
Beberapa lokasi menyelam terbaik di dunia, biasanya memiliki arus bawah (baca: down current). Ini menjadi fakta sederhana bahwa arus berperan penting untuk membawa makanan (plankton) dalam jumlah besar, sebagai sumber makanan ikan. Dan biasanya, keberadaan berjenis-jenis ikan jadi daya tarik tersendiri bagi penyelam.

Sayangnya, arus bawah kerap mengancam keselamatan jika penyelam tidak waspada dan tidak memperhatikan petunjuk yang diberikan oleh local guide. Pasalnya, arus bawah kerap muncul secara tiba-tiba tanpa bisa diprediksi di lokasi-lokasi tertentu yang harusnya bisa diwaspadai.

Biasanya arus bawah akan menarik penyelam pada jalur arus, ketika penyelam lengah atau ketika masuk perangkap arus. Oleh karena itu, setiap penyelam perlu memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana cara meloloskan diri jika tersedot di down current.

Beberapa cara terbaik mewaspadai adanya arus yang kuat adalah dengan memperhatikan gerakan arus secara visual sebelum menyelam. Sebelum masuk, sebaiknya perhatikan pola arus di permukaan. Pun tak ada salahnya bertanya pada nelayan, kapten kapal ataupun dive master (pemandu) tentang lokasi penyelaman.

Sementara itu, ketika di dalam air, cobalah untuk memperhatikan arah gelembung yang dikeluarkan para penyelam. Hal itu penting untuk melihat seberapa kuat arus yang ada. Pun, tak ada salahnya memperhatikan gerakan ikan-ikan karang. Biasanya, ikan-ikan kecil akan mampu melawan arus yang kuat, sementara ikan-ikan besar umumnya akan terseret  arus ke bagian bawah.

Sedangkan jika turun menggunakan tali jangkar kapal, setiap penyelam wajib berpegangan pada tali dan tidak melepasnya, sebelum akhirnya tiba di dasar ataupun di titik kedalaman tertentu, dimana arus sudah tidak ada lagi. Selain itu, perlu juga diperhatikan apakah buddy  kita selalu berada tak jauh dari kita.

Jika arusnya terlalu kuat, sementara tujuan akhir masih jauh, maka tak ada salahnya mengikut arus dengan gaya drifting. Namun, kita tetap perlu memperhitungkan lokasi finish, tempat dimana kita akan menyelesaikan kegiatan penyelaman. Selain itu, para penyelam tetap harus mematuhi seseorang yang dipercaya sebagai ketua tim yang akan mengarahkan ke lokasi-lokasi tertentu.

Agar tidak terjebak di down current, penyelam juga perlu dilengkapi dengan benda-benda khusus tertentu seberti pelampung marker buoy (SMB). Marker buoy digunakan sebagai penunjuk bagi kapal-kapal yang melintas di kawasan itu bahwa dibawah ada penyelam. 

Ketika mengetahui lokasi yang dituju merupakan kawasan dengan arus yang kuat, maka sebaiknya tidak membebani diri dengan barang bawaan yang banyak. Hal penting yang selalu melekat di BCD adalah SMB dan reel. Sementara jika ingin tetap aman di arus, tak ada salahnya membawa pengait atau hook dengan panjang 10 cm yang dilengkapi tali sepanjang 2 m. Pengait akan dilekatkan pada karang mati ataupun batu, sebagai upaya untuk bertahan di arus yang kuat.

Memutuskan mengikuti arus yang kuat (baca: drifting) merupakan pilihan terakhir yang didasarkan pada perhitungan matang. Namun jika tidak ingin drifting, hal yang bisa dilakukan adalah melawan arus dengan tetap memperhatikan waktu dan kecepatan arus. Selalu berada dekat karang atau dasar laut menjadi pilihan bijak. Pasalnya, di daerah itu, tekanan arusnya cenderung tidak terlalu kuat. Atau ketika tersedot arus, hal yang bisa dilakukan adalah membuat gerakan diagonal dari arah arus yang ada.

Memperhatikan ritme nafas juga merupakan hal penting yang tak boleh dilupakan. Selain itu, selalu perhatikan konsol (baca: gauge) untuk mengetahui konsumsi gas dan tingkat kedalaman. Ketika mengetahui diri tersedot begitu kuat, maka segera kembungkan BCD. Atau, tak ada salahnya berlindung dekat karang, sebelum akhirnya melepaskan SMB yang akan membawa kita ke permukaan.

Memposisikan diri secara streamline (ramping) juga penting ketika berada di arus yang kuat. Dengan daya apung netral, setiap penyelam akan mampu bergerak secara efisien. Dalam posisi streamline, penyelam hendaknya juga memperhatikan agar tidak bersentuhan atau menjamah karang.

Dengan pengetahuan sederhana ini, para penyelam akan terbantu ketika harus berhadapan dengan arus bawah yang kuat. Selanjutnya, setiap penyelam perlu menyusun ulang rencana penyelaman sesuai dengan kemampuan diri. Sehingga tak ada salahnya pepatah yang mengatakan, plan your dive and dive your plan. Ya, sebaiknya kita menyelam sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Selain itu tak ada salahnya selalu bertanya dan belajar dari para instruktur yang lebih berpengalaman. (jacko agun)




No comments:

Post a Comment

ANTARA - Lingkungan

Climate Change News - ENN